Buku Panduan Neraka - Chapter 368
Saat pendar perak itu menghilang, Shen Wu, diktator yang memiliki kendali atas seluruh planet tempatnya berasal, juga ikut menghilang.
Sama sekali tak ada perubahan pada ekspresi Su Jin, seakan membunuh Shen Wu hanyalah sesuatu yang mudah untuk dilakukannya. Dia lanjut berkelana melintasi Kuburan para Dewa, dengan santainya memili untuk berdiri di depan sebuah makam dan melalui ingatan-ingatan yang ditinggalkan oleh para pemilik makam.
Kuburan para Dewa bagaimanapun juga adalah Tantangan, jadi waktu berjalan secara berbeda dari dunia nyata. Bahkan jika Su Jin tinggal di sini selama puluhan ribu tahun, di dunia nyata hanya akan berlalu beberapa jam. Dia punya waktu lebih dari cukup untuk memerhatikan setiap makam.
“Orang itu aneh sekali! Kudengar dia cuma akan melintasi makam-makam itu, tapi tidak mengambil batu nisan mana pun.” Jing Hua mengamati batu nisan yang terdekat dengannya, tapi ternyata tidak cocok.
“Tak usah repot-repot memeriksa makam di sini. Aku tahu di mana letak nisan yang paling cocok untuk masing-masing dari kalian, jadi kalian hanya perlu mengikutiku,” ujar si wanita bercadar ketika dia melihat Jing Hua membuang-buang waktu untuk memeriksa nisan-nisan yang dia tahu takkan diambilnya. Kemudian dia menambahkan, “Lalu mengenai orang yang kalian dengar, dia tidak aneh. Kalau dibandingkan, dia itu jauh lebih terhormat dari kalian semua.”
Jing Hua cemberut. Dia tak tahu kenapa si wanita mengucapkan hal-hal itu, tapi itu tak masalah. Ada sejuta satu orang aneh di dunia, jadi ditambah satu lagi tak ada bedanya.
Segera mereka diarahkan oleh si wanita bercadar ke sebuah makam dengan batu nisan hijau. Ini adalah batu nisan yang ditujukan untuk Dewa Anjing. Tetapi ketika mereka tiba di sana, seseorang sudah berdiri di depannya.
Si wanita bercadar agak tertegun dan tanpa sadar menggumam, “Jin….”
“Hei! Minggir! Yang ini milik kami!” seru Jing Hua arogan. Sang Dewa Dosa telah membuat pengecualian untuk mereka dan mengizinkan mereka berlima melakukan perjalanan sebagai satu kelompok. Alhasil, sebagian besar pemilik tidak berani mengganggu mereka karena jika mereka berlima bekerjasama, mereka akan mampu mengalahkan hampir pemilik mana pun.
Su Jin mengesah ketika dia mendengar suara Jing Hua dan berbalik untuk pergi. Dia tak berniat mengambil batu nisan ini, dan dia tak melihat perlunya berkelahi dengan orang yang menginginkannya. Sebenarnya, satu-satunya orang yang sudah dia bunuh di tempat ini adalah Shen Wu. Dia memang sempat terlibat dalam pertarungan dengan para pemilik lain di perjalanan, tapi dia tak membunuh mereka. Sekarang juga dia tidak berniat membuat pengecualian.
Tapi persis ketika dia sudah akan berjalan pergi, dia menyadari seseorang. Tubuhnya bergetar hebat dan nyaris seketika, dia muncul di depan si wanita bercadar. Jing Hua dan anggota timnya yang lain memucat. Mereka bahkan tak tahu bagaimana Su Jin bisa tiba di sini secepat itu.
“Mundur!” seru Jing Hua seraya berusaha mengambil pedang yang menggantung di pinggangnya, hanya untuk mendapati kalau dirinya sama sekali tak bisa bergerak. Dewa Anjing dan Phoenix juga berada di situasi yang sama. Rasanya seakan sebuah tangan tak terlihat sedang memegangi mereka.
Su Jin menatap si wanita bercadar, namun dengan cepat mulai mengernyit. Dalam waktu sekejap tadi, dia mengira kalau wanita ini adalah Kano Mai, namun ketika diperiksa lebih dekat, dia menyadari kalau aura si wanita amat berbeda dari Kano Mai.
“Apa kau… apa kau kenal seorang wanita bernama Kano Mai?” tanya Su Jin.
Si wanita bercadar menggelengkan kepalanya dan berkata, “Maafkan saya tapi saya tak kenal siapa pun dengan nama itu. Bisakah Anda melepaskan rekan-rekan saya?”
Su Jin menjentikkan satu jari dan kelompok itu pun langsung mendapatkan kembali kendali atas pergerakan mereka. Namun tak satu pun dari mereka yang berani melakukan sesuatu, karena Su Jin jelas memiliki kekuatan tingkat dewa dan mereka bukan tandingannya.
“Maafkan saya, aura Anda sangat mirip dengan teman saya,” Su Jin meminta maaf kepada si wanita bercadar.
Si wanita bercadar tersenyum lemah dan berkata, “Auranya mirip dengan saya? Apa dia juga dewa purba?”
“Benar. Dia juga dewa purba,” Su Jin mengangguk. Psikokinesisnya telah memeriksa si wanita ini dengan seksama, termasuk bagian ingatannya. Dia pun menyimpulkan bahwa wanita ini tak ada hubungannya dengan Kano Mai, dan memiliki aura serupa hanya karena mereka sejenis.
“Dia ternyata adalah dewa purba seperti saya… boleh saya bertanya, bagi Anda dia itu siapa?” tanya si wanita bercadar seraya tersenyum.
Su Jin balas tersenyum dan berkata, “Orang yang sangat penting.”
“Sepenting apa?”
“Lebih penting dari nyawa saya,” jawab Su Jin tanpa ragu. Kematian Ye Yun dan Kano Mai telah menjerumuskannya ke dalam jurang keputusasaan selama beberapa waktu, dan ide untuk menjadi dewa baru muncul dalam dirinya setelah mereka mati. Kalau saja dia tak menyadari implikasi dari menjadi dewa setelah memasuki tempat ini, sekarang dia pasti akan sudah menjadi dewa.
Tubuh si wanita bercadar bergetar samar, tapi dengan cepat dia mengendalikan diri dan berkata, “Dia… meninggalkanmu?”
“Dia meninggal,” Su Jin menggelengkan kepalanya dengan sedih ketika sekilas kerinduan memenuhi matanya.
“Saya turut berduka cita,” wanita itu meminta maaf. Namun Su Jin menggelengkan kepala untuk memberitahu si wanita bahwa hal itu tak masalah. Si wanita bercadar meneruskan, “Mungkin Anda merasa kalau saya suka ikut campur, tapi saya ingin memberitahu Anda agar… menyerah atas jalan yang Anda pilih. Sudah banyak yang memilih jalan ini sebelumnya, termasuk beberapa orang yang benar-benar kuat. Atau lebih tepatnya, hanya orang yang benar-benar kuat yang memilih jalan ini, namun tak satu pun dari mereka yang selamat.”
Su Jin tersenyum dan mengucap terima kasih, “Terima kasih atas sarannya, tapi inilah jalan yang saya pilih, jadi saya akan memastikan untuk menyelesaikan perjalanan ini bahkan meski saya babak belur dan hancur di perjalanan. Maaf karena tadi telah mengganggu kalian!” Kemudian dalam sekejap dia menghilang ke kejauhan.
Ada sorot sedih di mata si wanita bercadar setelah Su Jin pergi, sementara rekan-rekannya merasakan keringat dingin menetes-netes pada dahi mereka. Si Dewa Anjing bertanya, “Sebenarnya siapa orang itu? Kekuatan yang dia punya sungguh mengerikan… aku tak bisa menahan diri untuk merasa amat ketakutan!”
“Dia adalah ketua timku yang dulu, inti dan ahli strategi dari Tim Pisau Tulang. Aku tak tahu kalau orang aneh yang dibicarakan oleh semua orang ternyata dia.” Si wanita bercadar melepaskan cadarnya. Kalau saja Su Jin ada di sini, dia pasti akan mengenalinya. Wanita ini memang adalah Kano Mai.
“Ck, dia bahkan tak bisa mengenali rekan satu timnya? Dasar idiot,” ujar Jing Hua merendahkan.
“Kau tak mengerti. Aku punya caraku sendiri untuk menutupi jati diriku. Sekarang karena aku sudah punya kekuatan dewa purba lagi, selama aku ingin menyembunyikan diriku, bahkan Buku Panduan Neraka juga takkan tahu di mana atau siapa aku,” ujar Kano Mai lirih.
Semua orang saling bertukar pandangan. Namun tak seorang pun yang berpikir dirinya sedang menyombong atau semacamnya. Lagipula, wanita itu adalah seseorang yang bahkan para dewa pun harus bersikap hormat kepadanya, dan fakta bahwa dirinya adalah dewa purba memberinya hak untuk mengucapkan apa yang telah dia ucapkan.
“Pergilah, Dewa Anjing, nisan itu sangat cocok denganmu. Pemiliknya adalah Anjing Dewa Penelan Langit, salah satu makhluk anjing paling kuat dalam sejarah.” Kano Mai sangat familier dengan Kuburan para Dewa ini karena ini bukan kali pertama dirinya berada di sini.
Persis pada saat itulah, ekspresi mereka berubah, lalu mereka semua berpaling untuk menatap Kano Mai.
Kano Mai balas menatap heran pada mereka dan bertanya, “Ada apa?”
Jing Hua menelan ludahnya dan berkata, “Buku Panduan baru saja memberi kami misi baru. Kalau kami membunuh pria yang kita lihat barusan tadi… kita bisa menjadi dewa tingkat tertinggi.”
Kano Mai mengerjap kaget, kemudian mengernyit dan menggelengkan kepalanya, “Kukira Buku Panduan baru akan bereaksi belakangan. Tampaknya Jin benar-benar menjadi ancaman bagi mereka.”
Sementara itu, setiap pemilik di dalam Kuburan para Dewa, tanpa memedulikan ras atau dari galaksi mana mereka berasal, menerima misi yang sama untuk membunuh Su Jin. Hadiahnya sungguh sangat menakjubkan, dan merupakan sesuatu yang bisa membuat tergila-gila bukan cuma para pemilik, tetapi bahkan para dewa tingkat tinggi.
Su Jin tak tahu apa yang sedang terjadi, tapi dia memang menyadari kalau ada semakin dan semakin banyak orang di sekelilingnya. Orang-orang ini telah dengan sengaja berkumpul di sekitarnya, seakan mereka sedang menunggu sesuatu.
“Melihat dari situasinya… aku sangat meragukan kalau orang-orang ini ada di sini untuk minta tanda tanganku,” Su Jin terkekeh. Dia memakai psikokinesisnya untuk memindai pikiran salah satu pemilik itu dan langsung mendapatkan jawabannya.
“Wah, wah, aku tak tahu kalau ternyata nilaiku sebesar ini. Tapi itu juga membuktikan kalau… pilihanku adalah pilihan yang benar!” Su Jin tersenyum lebih cerah lagi. Buku Panduan tidak memberinya tekanan sedikit pun. Sebaliknya, dialah yang membuat Buku Panduan merasakan hawa panas.
“Tapi apakah kelompok ini sungguh berpikir mereka bisa menghentikanku sekarang? Menggelikan!” Ekspresi Su Jin berubah serius ketika dia memindai para pemilik di sekitarnya lalu berkata dengan suara dingin, “Aku tak membunuh orang-orang yang sebelumnya berpapasan denganku, tapi itu tak berarti aku tak mampu membunuh. Dan sekarang, kalian semua sudah ada di sini, bersiap untuk membunuhku bersama-sama. Jadi… kalau aku membunuh kalian semua, tak satu pun dari kalian yang bisa protes soal ini, kan?”