Buku Panduan Neraka - Chapter 362
Lava yang menyembur dari gunung berapi itu sarat dengan mayat yang semuanya hangus dan terbakar, seperti potongan daging gosong. Beberapa bahkan tak menyisakan kulit ataupun daging, hanya meninggalkan tulang sejernih kristal. Tubuh fisik para korban ini jelas telah mencapai tahap peningkatan yang sangat maju, kalau tidak mereka tidak akan punya tulang seperti itu.
“Apa yang terjadi?!” seru Oscar ngeri.
Su Jin langsung memindai area itu dengan psikokinesisnya. Dia ingin memeriksa kalau-kalau ada sesuatu yang berguna di antara mayat-mayat tersebut, atau jika ada yang selamat.
Empat orang lainnya bisa melihat kilatan perak di mata Su Jin dan tahu kalau dia sedang memakai psikokinesis untuk memeriksa tempat ini, jadi mereka tetap membisu dan menunggunya selesai memeriksa.
“Aku menemukan sesuatu! Shen Wu, arah jam sembilan, bawakan orang itu kemari!” Su Jin memerintah Shen Wu.
“Baiklah, aku akan menurutimu untuk sekarang ini,” salak Shen Wu ketika pemandangan tentang apa yang sedang terjadi di arah itu muncul di dalam benaknya dan dia pun langsung bergegas ke sana. Ada banyak lava di sana, jadi dia adalah satu-satunya yang punya kemungkinan untuk masuk kee sasna dan kembali dengan selamat.
“Kau?” Shen Wu berjalan menembus lava dan menemukan suatu area tempat lava menggelegak. Dia mengulurkan tangan dan memungut suatu gumpalan hitam dari dalamnya.
Shen Wu membawa gumpalan itu kembali dalam waktu singkat dan melemparkannya kepada Su Jin seraya menyentak, “Kau mau benda ini? Buat apaan?”
Su Jin mengabaikan pertanyaan kesal Shen Wu, jantungnya berdentum gugup ketika dia berjongkok dan meletakkan tangannya di atas gumpalan itu. Dia melakukannya selama beberapa waktu dan tak memedulikan lava yang membakar tangannya.
“Temanku, aku tahu kalau kau merasa tidak rela. Katakanlah apa yang telah terjadi padamu,” gumam Su Jin sementara telapak tangannya mengeluarkan pendar keperakan. Gumpalan tebal hitam itu memancarkan pendar perak cemerlang, seakan menanggapi Su Jin.
“Benda ini… punya psikokinesis juga?” seru Natasha kaget.
Sesaat kemudian, suatu gambaran yang agak tidak jelas muncul dalam benak Su Jin, tapi pemandangannya jelas adalah bagian dalam gunung berapi. Di dalamnya juga ada banyak yang lain, tapi satu titik putih berada di tengah-tengah dan mencibir seakan sedang mengejek siapa pun yang menatapnya. Kemudian, lava menyembur dan hampir semua yang ada di dalamnya terkubur lava. Gumpalan psikokinetis itu juga tak berhasil lolos dari takdir ini.
Setelahnya, dia tetap terperangkap di dalam gunung berapi selama beberapa hari sebelum akhirnya dimuntahkan keluar, lalu ditemukan oleh Su Jin.
Su Jin melepaskan gumpalan hitam itu dan sedikit memicingkan matanya seraya menghela napas berat. Dia mengibaskan tangannya dan pendar keperakan pun mengoyak gumpalan hitam itu, dan serpihannya pun berhamburan.
“Bagaimana hasilnya?” Durand bertanya pada Su Jin.
Su Jin menghela napas dan berkata, “Seperti aku, dia ini memiliki tingkatan psikokinesis yang sangat luar biasa. Sedemikian hebatnya sampai-sampai jika kita harus melawan dia, akan sulit untuk meramalkan siapa yang akan kalah.”
Yang lainnya tampak cukup kaget. Psikokinesis adalah kekuatan yang paling sulit untuk dikembangkan, dan fakta bahwa Su Jin dan Xu Ran bisa sampai sejauh ini sudah merupakan keajaiban di atas keajaiban. Mereka tak menyangka akan menemukan pemilik lain yang bisa menyamai tingkatan mereka. Dunia-dunia Buku Panduan yang lain ternyata mempunyai lebih banyak pemilik bertingkat tinggi dibanding yang mereka sadari.
“Apa kau dapat informasi?” tanya Natasha penasaran.
Su Jin mengangguk samar dan berkata, “Dapat, tapi tidak banyak. Sepertinya ada suatu makhluk amat kuat di dalam gunung berapi itu dan dia bertugas menguji setiap orang yang memasuki Kuburan para Dewa. Hanya mereka yang lolos ujian yang bisa melanjutkan perjalanan. Mereka yang gagal… akan berakhir seperti gumpalan hitam itu, mati karena lava sebelum disemburkan keluar.”
“Jadi… makhluk kuat itu tak berhasil lulus?” Natasha sangat syok.
Su Jin mengangguk dan berkata, “Yap. Dia gagal dengan cukup mengenaskan. Lainnya yang bersama dia juga gagal dan mati. Sepertinya mereka adalah para pemilik dengan tingkat paling tinggi dari dunia mereka, dan mereka semua binasa.”
Informasi ini membuat semua orang merasa agak gelisah. Mereka adalah para pemilik bertingkat paling tinggi dari dunia mereka, tapi jika seluruh semesta terdiri dari dunia-dunia lain dengan sistem Buku Panduan mereka sendiri, maka tidaklah aneh untuk menemukan keberadaan yang lebih kuat dari diri mereka di antara makhluk-makhluk bukan manusia ini. Namun, sesosok pemilik kuat yang setanding dengan Su Jin sudah binasa, bersama dengan semua orang lain yang datang dengannya. Hal itu sama sekali tidak menambah semangat.
“Sudah takut sekarang? Kalau kau takut, kau bisa tunggu aku menjadi dewa di sini dan membawamu pulang!” ujar Shen Wu penuh percaya diri seraya menatap anggota kelompok lainnya dengan sorot merendahkan.
“Astaganaga, kau itu sama sekali bukan orang yang menyenangkan ya,” komentar Durand seraya menghela napas. Masing-masing dari mereka memimpin suatu faksi di dunia mereka sendiri, namun Shen Wu memiliki reputasi terburuk di antara mereka karena organisasi perampok yang dipimpinnya. Ini adalah seorang pria dengan sifat lancang, obsesif, dan egois. Kelompok itu sungguh tak bisa mengerti bagaimana bisa seseorang yang merupakan perwujudan dari segala jenis sifat buruk bisa sampai sejauh ini.
“Takut? Bahkan maut juga tak bisa menghentikanku, apalagi cuma sebuah ujian!” ujar Durand dengan suara kesal sambil mulai berderap menuju puncak gunung berapi.
“Anak muda, akulah yang akan menyelamatkanmu, bukan sebaliknya,” ujar Natasha ketika berjalan ke arah Shen Wu, menepuk-nepuk iseng kepala pria itu, lalu ikut berjalan menuju puncak gunung berapi.
“Akulah yang akan menjadi dewa, camkan kata-kataku ini,” kata Oscar seraya memutar mata dan mengikuti di belakang Natasha. Hanya Su Jin dan Shen Wu yang tertinggal.
“Kau tak berniat bilang sesuatu?” tanya Shen Wu mencibir seraya melontarkan lirikan pada Su Jin.
Su Jin mengernyit dan berkata, “Bahkan jika semua hal dengan Ye Yun tak terjadi, kita berdua juga takkan pernah jadi teman. Tapi… sekarang kita harus saling membantu.” Dia pun mulai berjalan mendaki gunung berapi, dan Shen Wu mengikuti di belakangnya tanpa ekspresi apa pun di wajah pria itu.
Jalan menuju puncak gunung berapi jauh lebih aman, seakan dimaksudkan untuk membiarkan para pemanjat mengatur napas. Namun hal itu membuat semua orang merasa lebih gelisah lagi.
Setelah berjalan sekitar setengah harian, mereka menyadari bawa jalan menuju puncak masih sangat panjang. Gunung berapi itu sungguh terlalu besar. Abu yang menyembur dari dalamnya membentuk lapisan tebal yang menyerupai awan mendung. Pada saat bersamaan, abu yang berjatuhan dari langit tampak seperti salju hitam.
“Argh, ini merepotkan sekali! Semuanya, naik ke punggungku, aku akan terbangkan kalian semua ke puncak.” Natasha jadi tidak sabar, maka dia pun berubah menjadi naga setelah mengucapkan hal itu kepada anggota kelompok lainnya.
“Makasih!” ujar Durand seraya tersenyum lebar. Dia senang-senang saja bisa menghemat energi sebanyak mungkin. Mereka semua pun naik ke punggung Natasha, dan naga itu pun membubung ke langit.
Namun ketika dia mencapai jarak kurang dari seratus meter dari tanah, seberkas cahaya putih mulai berkeredap tanpa henti di antara kepulan abu, dan Su Jin mendapat firasat buruk soal itu.
Sementara Natasha semakin naik, Su Jin terus mengamati cahaya putih yang berkilat-kilat itu. Dia menyadari bahwa semakin tinggi Natasha terbang, semakin teranglah cahaya tersebut.
“Natasha, berhenti! Jangan terbang lebih tinggi lagi!” Su Jin berseru pada Natasha. Ada sesuatu yang benar-benar salah tentang cahaya putih itu. Dia punya firasat kalau cahaya itu akan menyerang mereka seperti sambaran petir jika mereka terus naik.
Tapi Natasha naik terlalu cepat, sehingga suara Su Jin kalah dari suara deru angin, dan Natasha sama sekali tak bisa mendengarnya. Dia pun memutuskan untuk berkomunikasi dengan Natasha lewat psikokinesis, namun sebelum dia bisa melakukannya, cahaya putih itu tiba-tiba menyambar mereka.
Jadi, alih-alih memakai psikokinesisnya untuk bicara pada Natasha, Su Jin pun mengirimkan lebih banyak lagi untuk membentuk dinding di atas kepala Natasha, yang langsung pecah berkeping-keping ketika cahaya putih itu mengenainya.
Su Jin memuntahkan darah, tapi ini bukan karena dirinya terluka parah, melainkan karena dia sudah mendapat syok yang cukup berat. Yang lain akhirnya menyadari cahaya putih itu.
“Oscar, sembunyikan kita dalam bayangan!” Durand berseru pada Oscar.
Tapi Oscar memucat ketika dia menggelengkan kepala dan berkata, “Aku tak bisa seenaknya memunculkan bayangan di tengah udara seperti ini! Aku butuh obyek untuk menciptakan bayangan!”
Segera setelah dia berkata demikian, cahaya putih itu kembali menghajar. Cahaya itu menyambar mereka semua sebelum mereka bahkan sempat melompat turun dari punggung Natasha.