Buku Panduan Neraka - Chapter 356
Cidera Su Jin tidak serius. Dia memuntahkan darah hanya karena kesadarannya telah terguncang hebat tanpa disangka-sangka. Namun hal itu juga membuktikan betapa kuat kedua patung batu itu. Kalau seseorang yang memiliki psikokinesis dengan tingkat mendekati dewa sampai bisa terluka, maka kedua patung ini mungkin adalah mendekati dewa yang satu tahap sedikit lebih kuat dibanding setengah dewa.
Sebelumnya Su Jin hanya pernah bertemu dengan setengah dewa, yang satu adalah Pangeran Tampan di dalam Tantangan Dongeng Horor. Namun Pangeran Tampan telah terperangkap di dalam ruang dalam Tantangan, jadi bahkan meski dia sudah mencapai tahap setengah dewa, dirinya jelas jauh lebih lemah. Lainnya yang pernah Su Jin temui adalah si setengah dewa berkepala babi di dalam Tantangan Kereta Supernatural itu. Si kepala babi tersebut jauh lebih kuat, karena dia telah berhasil membunuh Chu Yi yang sudah amat kuat hanya dengan satu gebrakan.
Karena mendekati dewa lebih kuat dibanding setengah dewa, patung-patung batu ini hampir berada pada tahap dewa, namun untuk suatu alasan tertentu tak bisa mencapai tahap itu. Su Jin dan empat orang lainnya di dalam tim bisa dianggap semacam mendekati dewa juga.
Mereka semua mampu membunuh setengah dewa, namun tak bisa menjadi dewa. Mereka seharusnya berada di tahap yang sama dengan patung-patung batu itu, namun patung-patung itu sedikit lebih kuat dari mereka.
“Kita serang secara langsung?” ujar Shen Wu.
Natasha menggelengkan kepalanya. Sebelumnya dirinya baru saja diperkuat oleh darah naga dan dia bisa merasakan kalau kemampuannya sudah naik tingkat. Dia merasa bahwa yang terkuat di dalam tim ini bukan lagi Durand, melainkan dirinya sendiri. Namun persis itu jugalah penyebab dia bisa merasakan betapa kuatnya kedua patung itu. Mereka mungkin bisa membunuh patung-patung itu jika mereka menggabungkan kekuatan, namun sesuatu memberitahunya bahwa melakukan hal itu akan menghasilkan korban jiwa di pihak mereka.
“Patung-patung ini amat kuat. Kalau kita memilih untuk menyerang mereka begitu saja, aku merasakan kalau kita pasti akan mendapat korban jiwa. Itu tak sepadan,” ujar Natasha tanpa ragu.
Su Jin mengangguk dan menimpali, “Menurutku juga begitu. Kita baru saja memulai Tantangannya dan kita sudah bertemu dengan musuh sekuat ini. Kalau kita harus terus-terusan membunuh musuh seperti itu, kita semua akan mati dalam waktu singkat. Jadi… kupikir kita harus mencoba memikirkan cara lain.”
Mereka semua adalah tokoh-tokoh yang kuat, namun mereka tidak bodoh, atau mereka takkan bisa sampai sejauh ini. Mereka semua senang menjelajah berbagai cara untuk memutari patung-patung ini ketimbang menyerangnya.
“Biar kucoba!!” Oscar tiba-tiba megubah dirinya sendiri menjadi bayangan, kemudian melompat ke arah ruang di antara kedua patung itu. Dia begerak dengan amat cepat dan sampai di dekat patung-patung itu dalam seskejap mata.
Namun persis ketika Oscar mendekat, kedua patung itu juga bergerak. Salah satu dari mereka mengangkat satu kaki ke arah Oscar yang berwujud bayangan. Dalam kebanyakan kasus, Oscar kebal terhadap serangan fisik saat dirinya berada dalam bentuk bayangan. Semua orang di dalam tim tahu jelas tentang hal itu setelah saling berduel selama tiga hari terakhir ini.
Namun Oscar memilih untuk menghindari kaki itu, seakan telah merasakan sesuatu. Bayangannya berbelok tajam, namun patung lainnya juga mulai bergerak, tangannya menusukkan pedang panjang ke arah bayangan di lantai.
Hanya Oscar yang paling mengetahui apa yang sedang terjadi. Dia bisa merasakan kekuatan datang dari patung-patung itu dan tahu bahwa dirinya pasti akan mati jika terkena serangan dari patung yang mana pun.
Namun meski dia mengetahuinya, hanya sedikit yang bisa dia lakukan soal itu, karena dia mendapati bahwa kecepatannya telah merosot drastis. Begitu dia berada dalam radius tertentu dari patung-patung itu, dia merasa seakan dirinya bergerak di dalam air, dan pergerakannya semakin lama semakin melambat.
Ketika kilatan pedangnya semakin mendekat, Oscar berusaha sebaik mungkin untuk mengubah bentuk bayangannya. Dia berhasil menghindari pedang dari patung kedua, namun patung pertama menangkap erat dirinya segera setelah itu. Semua orang menatap ngeri ketika patung itu mengangkat Oscar walaupun dia tetap berada dalam wujud bayangan.
Oscar tampak seperti seekor ular hitam yang terus menggeliat di dalam genggaman si patung. Si patung mengerahkan kekuatan amat besar di kedua tangan dan dalam sekejap Oscar pun hancur berkeping-keping.
Semua orang menatap syok. Oscar menghilang setelah dirinya dihancurkan, dan yang lainnya pun dibuat termangu. Sekarang apa yang harus mereka lakukan? Apa Oscar sudah mati? Apakah pemilik berperingkat nomor lima di dunia mati begitu saja?
Persis kemudian, seberkas kilasan putih muncul di depan mereka dan Oscar pun muncul di hadapan mereka dengan tanpa cela sedikit pun.
“Syukurlah kau baik-baik saja,” Durand mengeluarkan desahan lega seraya menepuk-nepuk bahu Oscar. Bagaimanapun juga, sebelum ini dia berteman dengan Oscar.
Namun Oscar tampak muram dan tidak kelihatan lega sama sekali. Dia membuka telapak tangannya untuk menunjukkan sisa-sisa kristal dan boneka yang sudah hancur tak berhentuk.
“Oh tidak!” Semua orang terkesiap. Yang satu adalah kristal teleportasi, sementara yang lain adalah Boneka Pengganti Mati. Oscar telah memakai kedua benda itu sekaligus supaya bisa selamat dari kesulitan tadi.
“Kau sama sekali tak dapat kesempatan untuk kabur?” tanya Durand seraya mengernyit. Dirinya lebih kuat dari Oscar, tapi Oscar juga bukan orang lemah. Jika bahkan Oscar saja membutuhkan dua benda seperti itu untuk bisa selamat, yang lainnya takkan bisa melewati patung-patung itu hidup-hidup.
“Entah apakah akan sama untuk kalian semua, tapi ketika aku memasuki radius tertentu dari patung-patung itu, kecepatanku jadi sangat terpengaruh. Kedua patung itu sepertinya bisa menyerangku bahkan meski tubuhku tidak padat, sehingga menjadi bayangan tak ada bedanya bagi mereka.” Wajah Oscar pucat pasi. Dia masih memulihkan diri dari kesulitan tadi.
Semua orang saling bertukar tatapan gelisah. Sekarang apa yang harus mereka lakukan? Kedua patung ini telah mengubah bangunan tersebut menjadi jalan buntu.
Su Jin menatap diam kedua patung tersebut sementara Shen Wu berpaling ke arahnya dan berkata, “Kau dulunya adalah ahli strategi dari Tim Pisau Tulang, kan? Bukankah sepertinya kau perlu berkontribusi di saat-saat seperti ini?”
Namun Su Jin tak menanggapi sarkasme Shen Wu dan terus saja memandangi patung-patung itu seraya mengingat kembali apa yang dilihatnya sejak saat Oscar berlari ke arah patung-patung itu hingga dirinya terbunuh, memastikan untuk mengingat-ingat kembali setiap detil tentang tiap detiknya
“Hei, kau dengar yang barusan kukatakan?” ujar Shen Wu dengan suara jengkel.
“Mereka bergeser!” ujar Su Jin tiba-tiba. Matanya berbinar dan seulas senyum menyebar di wajahnya ketika dia berbalik untuk berkata kepada yang lainnya, “Patung-patung itu bergeser!”
“Apa… maksudnya itu?” tanya Durand dengan raut wajah bingung.
Oscar tampak berpikir keras selama sejenak sebelum matanya ikut berbinar. Dia menatap Su Jin dan berkata, “Maksudmu adalah ketika mereka menyerangku. Patung-patung itu bergeser ketika mereka menyerangku.”
Su Jin tersenyum dan mengangguk, “Yap. Saat kau berlari ke arah mereka, mereka tidak banyak bergeser, tapi mereka memang sudah bergeser. Dengan kata lain… kita bisa memakai cara lain untuk memasuki gedung ini.”
“Kau berniat memancing macan turun gunung?” Sebagai sesama pemilik dari Tiongkok, Shen Wu langsung menyadari kalau Su Jin berharap untuk memakai salah satu strategi dalam Seni Berperang Sun Tzu. Namun dia mengernyit dan berkata, “Tapi bagaimana caranya kita mengalihkan perhatian kedua patung ini? Kalau bahkan orang seperti Oscar tak bisa mengalahkan mereka meski menyerang sebagai bayangan, kita yang lain akan mati kalau mencobanya, kan?”
Su Jin menoleh untuk menatap Durand dan tersenyum ketika berkata, “Itu tak jadi masalah. Di sini kita punya seseorang yang tak takut mati. Tuan Durand… sekarang kami akan harus mengandalkan Anda.”
Bibir Durand berkedut ketika dia melirik gelisah pada patung-patung itu dan bertanya, “Tuan Ahli Strategi, apa kau punya pilihan lain untuk ditawarkan pada tim?”
“Takutnya itulah pilihan terbaik yang ada saat ini. Selain itu, Anda masih punya Pengganti Mati dan kristal teleportasi, jadi kalau Anda tak mampu mengatasinya, Anda bisa memakai kedua benda itu,” Su Jin menyeringai. Rasanya enak juga bisa menyuruh-nyuruh pemilik terkuat di dunia melakukan pekerjaan kotor.
Namun bagaimanapun juga, Durand adalah pemilik terkuat. Dia tak perlu mempersiapkan diri dan langsung berlari ke arah patung-patung itu. Su Jin berteriak dari belakang, “Tuan Durand, tolong pilih tempat matinya yang jauhan ya! Makin jauh makin baik!”
Tiga orang lainnya menatap dirinya, tapi Su Jin cuma tertawa dan berkata, “Sederhana dan apa adanya adalah yang terbaik, kan? Kalau kau mengatakannya dengan cara berputar-putar, mungkin saja dia tak mengerti apa maksudku.”
Durand menggertakkan giginya ketika dia berlari ke arah patung-patung itu. Persis ketika dirinya berada dalam jarak jangkauan, salah satu dari patung-patung itu mengangkat kakinya untuk menginjak Durand. Durand tak repot-repot mengelak dan membiarkan kaki patung itu mendarat di atas tubuhnya, mengubahnya jadi perkedel manusia.
“Wah, sadees. Tapi aku kan sudah bilang kalau dia harus pilih tempat mati yang jauhan,” gerutu Su Jin. Tak bisa dia percaya kalau pemilik Buku Panduan terkuat akan memiliki kemampuan pemahaman yang amat buruk.
Persis ketika Su Jin sudah mulai mengomel, si perkedel manusia tiba-tiba mulai menggeliut dan dalam sekejap mata berubah kembali menjadi Durand. Durand pun langsung berlari ke arah samping.
Patung-patung itu tampak kaget karena ternyata Durand mampu hidup kembali, jadi mereka pun bergerak ke arah Durand dan memakai kaki mereka untuk kembali mengubahnya menjadi perkedel manusia.