Buku Panduan Neraka - Chapter 355
Lautan mega bergejolak laksana samudera yang mengamuk, dan ekspresi Su Jin serta Shen Wu berubah suram ketika mereka mendengar raungan murka yang datang ke arah mereka karena mereka sudah menerka makhluk apa itu. Durand, Oscar, dan Natasha, para pemilik dari belahan bumi barat, masih tak mengerti apa yang akan menyerang mereka.
Namun tak butuh waktu lama bagi mereka untuk menyadari makhluk apa yang mendatangi mereka, karena sebentuk kepala raksasa keluar menerobos awan – ternyata naga! Naga mistis dari Tiongkok!
“Sial!” Mata Su Jin berkedut. Tak heran Natasha yang merasakannya lebih dulu. Naga ini mungkin telah mengincar Natasha karena wanita itu memiliki darah para naga dari barat.
Natasha bisa merasakan amarah si naga Tiongkok dengan jelas, jadi dia juga bisa merasakan kekuatan luar biasanya. Karena itulah dia merasa ketakutan.
“Apa yang harus kita lakukan?” tanya Oscar. Mereka harus bekerja sama, kalau tidak naga ini akan membunuh mereka semua hanya dalam hitungan menit setelah mereka memulai Tantangannya.
“Bunuh dia! Kita baru saja memulai Tantangan, jadi saat ini kita tak boleh kehilangan siapa-siapa, kalau tidak kita akan berada dalam masalah besar nantinya!” Sebagai pemilik berperingkat paling tinggi, Durand membuat keputusan dengan cepat. Terus kenapa kalau mereka menhadapi naga yang perkasa? Mereka berlima semuanya setara dengan setengah dewa, jadi mereka akan bisa membunuhnya jika menggabungkan kekuatan.
Semua orang mengangguk samar, sementara Natasha mengeluarkan seruan rendah ketika dia menekan rasa takut dalam hatinya. Sisik dan cakar tumbuh di tubuhnya ketika dirinya seketika berubah menjadi naga dengan ukuran sama dengan si naga Tiongkok, kemudian memelesat ke arahnya.
Durand mengeluarkan pedangnya, kemudian menggigit jarinya sehingga setetes darah menitik ke bilah tajam pedang tersebut. Lidah api raksasa menyelimuti pedang itu ketika Durand menerjang ke arah si naga dengan pedang di tangannya.
Oscar membuat segumpal besar bayangan yang dia ulur dan pakai untuk mengikat tubuh si naga. Shen Wu tidak langsung melakukan sesuatu, karena kekuatannya memiliki kemungkinan lebih besar untuk melukai timnya, jadi dia pun mengamati dari samping lebih dulu.
Su Jin ikut menerjang ke arah si naga tanpa ragu. Dirinya tak sebesar Natasa, tapi dia sama kuatnya. Dan karena ukurannya lebih kecil, kekuatannya pun jadi lebih terpusat, seperti menancapkan paku ke tubuh si naga, jadi dia bisa lebih banyak melukai musuhnya.
Pertempuran di tengah awan menghasilkan badai raksasa, dan beberapa puncak gunung diremukkan dan dihancurkan hingga berkeping-keping oleh Natasha dalam bentuk naga serta naga lainnya. Dengan bantuan dari Su Jin, Oscar, dan Durand, si naga pun mulai kewalahan.
Roaar! Si naga mengeluarkan raungan ketika memuntahkan api. Lidah api itu luar biasa panas dan Su Jin serta Durand berada dalam jangkauan api tersebut.
Persis ketika api itu hampir mengenai kedua pria tersebut, tiba-tiba api itu berubah menjadi asap. Dari kejauhan, Shen Wu menggangguk ke arah mereka. Dia akan mengurus api apa pun yang dimuntahkan oleh si naga.
Dengan Shen Wu membantu dalam aspek ini, mereka berempat pun lanjut menyerang si naga tanpa perlu mencemaskan hal tersebut. Bayangan Oscar mengikat cakar-cakar si naga jadi satu, Natasha memegangi tubuh si naga erat-erat, pedang Durand memotong ekor si naga, sementara Su Jin mencabuti setiap sisiknya.
Akhirnya, si naga sepertinya menyadari kalau dia tak bisa mengalahkan makhluk-makhluk kecil ini. Dia pun mengeluarkan lolongan marah sementara sekujur tubuhnya mulai memerah. Su Jin memeriksanya dengan psikokinesis dan berseru, “Naganya berniat meledakkan diri!”
“Meledakkan diri?!” Sedikit banyak, semua orang memiliki pemahaman tentang makhluk-makhluk mistis, tapi mereka tak pernah mendengar ada naga yang meledakkan diri sebelumnya. Tapi kemudian lagi, ada banyak hal di dalam Tantangan Tingkat Langit yang tak bisa dijelaskan dengan logika normal, jadi mereka harus menghadapi apa pun yang akan terjadi!
“Jangan biarkan dia meledakkan diri! Aku mau darahnya! Semuanya milikku!” Natasha memekik seakan sudah jadi gila. Dia benar-benar menginginkan darah naga ini, karena dia telah merasakan suatu kekuatan istimewa di dalam darah si naga yang sesuai dengan tubuhnya.
“Jangan cemas, dia takkan mampu melakukannya,” Shen Wu mendengus. Dia menepukkan kedua tangannya keras-keras, dan warna kemerahan di perut si naga pun memudar, membuat si naga mengeluarkan lolongan putus asa.
Kekuatan Shen Wu mampu mengendalikan temperatur, dan bahkan cukup kuat untuk mengubah temperatur api si naga, jadi dia juga mampu menyingkirkan panas yang telah diupayakan oleh si naga untuk dipakainya meledakkan diri.
Sementara si naga merintih sedih, Natasha memanfaatkan salah satu luka yang terbentuk dari sisik-sisik yang telah dicabuti Su Jin untuk mengisap sejumlah besar darah si naga.
Tubuh besar si naga mengejang beberapa kali sebelum kehidupan terkuras perlahan dari dalamnya, lalu dia pun berhenti bergerak. Natasha mengeluarkan lolongan gembira, karena dia telah memangsa sejumlah besar darah naga, dan tubuhnya pun mulai berpendar terang.
“Luar biasa! Rasanya aku seperti… aku hampir mencapai tahap berikutnya!” Natasha berubah kembali ke wujud manusia dan memejamkan matanya ketika menikmati kekuatan barunya. Dia bisa merasakan kalau dirinya sudah jadi jauh lebih kuat dari sebelumnya.
“Jadi… kalau begitu kau masih belum bisa sampai ke tahap berikutnya?” tanya Su Jin.
Natasha mengangguk dan berkata, “Aku cuma tinggal kurang sangat sedikit lagi untuk mencapai tahap berikutnya. Tapi aku bisa merasakan kalau aku pasti akan bisa menjadi dewa dalam Tantangan ini!”
Tak satu pun dari mereka yang menegur Natasha atas kepercayaan dirinya, karena sebenarnya mereka merasa disemangati oleh hal ini. Kalau Natasha bisa memperoleh kesempatan untuk berevolusi persis setelah mereka memulai Tantangan ini, maka berarti mereka semua juga punya kesempatan.
Namun ada raut gundah di wajah Su Jin. Setelah membuka halaman Buku Panduannya, dia berkata kepada yang lain, “Aku tidak sedang berusaha merusak suasana di sini, tapi… bagaimana kita bisa menyelesaikan Tantangan ini?”
Buku Panduannya kosong melompong. Tak ada paragraf perkenalan atas Tantangan ini, tak ada tugas, dan tak ada misi utama. Dengan kata lain, mereka tak tahu apa yang harus dilakukan untuk mengakhiri Tantangan ini.
Semua orang buru-buru membuka Buku Panduan mereka sendiri untuk mendapati bawa mereka juga tak punya informasi apa-apa. Mereka nyangkut di sini.
“Sekarang bagaimana? Apa itu berarti kita tak bisa meninggalkan Tantangan ini hingga kita semua jadi dewa?” tanya Durand kebingungan.
Su Jin terdiam untuk berpikir, kemudian mengangguk dan berkata, “Takutnya memang begitu. Aku sudah meneliti informasi soal Kuburan para Dewa dan kalian juga tahu satu atau dua hal. Aku yakin kalian semua tahu kalau… setiap kali Kuburan para Dewa terbuka, seseorang pasti akan jadi dewa.
“Kalau orang-orang yang menginjakkan kaki di tempat ini juga tak punya informasi atau misi apa pun untuk diselesaikan seperti kita sekarang, tapi kita juga bisa memastikan bahwa beberapa dari mereka memang berhasil keluar dari tempat ini, ditambah beberapa di antaranya menjadi dewa, bukankah itu berarti misi di sini adalah agar setidaknya salah satu dari kita menjadi dewa?”
Yang lainnya setuju dengan analisis ini. Kekuatan mereka sebagian besarnya ada dalam kemampuan bertarung, dan meski mereka juga cukup pintar, mereka tidak secerdas Su Jin, yang telah menjadi ahli strategi tim dalam waktu lama.
“Jadi, kita bisa keluar begitu kita menjadi dewa? Itu bagus sekali kan? Bukankah karena itu kita ada di sini?” Oscar nyengir lebar. Mereka telah mempertaruhkan nyawa mereka untuk datang kemari justru karena mereka ingin mencapai kedewaan.
“Ayo jalan! Kuharap bangunan itu punya apa yang kita inginkan!” Durand menjilat bibirnya. Hasratnya membuat sekujur tubuhnya gemetar.
Mereka pun lanjut bergerak menuju bangunan itu dan mendekat dalam waktu singkat. Kini karena mereka sudah lebih dekat, mereka bisa melihat betapa mewahnya bangunan tersebut. Seluruh permukaan tanahnya terbuat dari kumala terbaik, sementara bangunannya sendiri terbuat dari berlian. Namun bahan-bahan mahal ini tak berarti bagi mereka berlima. Kalau mereka mau, mereka bisa menukarkan poin untuk setumpuk besar benda-benda ini.
Bagian dalam bangunan ini gelap, tapi samar-samar mereka bisa medengar suara lantunan doa. Mereka menginjak tanah dari kumala dan bunga-bunga teratai putih pun seketika muncul di bawah kaki mereka.
“Teratai tumbuh seiring dengan tiap langkah?” mata Su Jin dan Shen Wu berbinar.
Namun persis ketika mereka hendak melangkah lebih jauh, tiba-tiba Durand menahan mereka dan berkata, “Rasanya ada sesuatu yang tidak benar. Apa kalian lihat kedua patung yang ada di depan pintu utama?”
“Patung-patung itu hidup,” ujar Shen Wu.
Semua orang agak kebingungan, jadi Shen Wu pun menjelaskan, “Suhu tubuh mereka. Aku bisa merasakan suhu tubuh mereka. Suhunya jelas bukan suhu sedingin es seperti yang seharusnya dimiliki oleh patung batu. Patung-patung itu lebih seperti makhluk hidup yang menyerupai batu.”
Su Jin langsung memakai psikokinesisnya untuk menguji patung-patung itu, namun begitu psikokkinesisnya menyelimuti kedua patung tersebut, dua suara yang luar biasa keras membahana di dalam kepalanya.
“Iblis!”
“Enyah!”
Pfft! Su Jin muntah darah. Kedua suara itu bagaikan palu raksasa yang menghantamnya tepat di kepala. Rasa sakitnya nyaris membuatnya jatuh pingsan.
“Patung-patung itu hidup!” Su Jin berusaha keras mengucapkan kata-kata itu.