Buku Panduan Neraka - Chapter 345
“Apa-apaan ini? Tubuhnya… ngehang?!” maki Su Jin dari sela-sela napasnya. Tak bisa dia percaya kalau tubuh Zhang Yang malah bertingkah di saat-saat seperti ini.
Si roh jahat berbalik untuk lanjut menghantamkan dirinya pada medan energi pelindung yang terbuat dari psikokinesis Su Jin dan menggeram keras. Keringat dingin menetes-netes dari dahi Ning Ran, tapi dia tak membiarkan perhatiannya teralih. Dia tahu kalau nyawa mereka tergantung padanya.
Lapisan perlindungan psikokinesis Su Jin sudah tak mampu bertahan lagi. Setelah roh jahat itu menghantamnya beberapa kali lagi, pendar keperakan itu pun menghilang.
Su Jin melompat ke depan si roh jahat untuk menghadangnya, tapi yang bersangkutan bisa lewat menembus dirinya.
“Sial!” Su Jin memaki. Dia berbalik untuk melihat si roh jahat menusukkan cakarnya ke dada Ning Ran.
Mata Su Jin melebar ketika dia melihat Ning Ran roboh ke lantai. Namun gadis itu tersenyum ke arahnya, karena gambar di kertas sudah berubah. Sekarang gambar itu menampakkan mereka bertiga mengacungkan tangan mereka ke udara dengan penuh sukacita seakan sedang merayakan kemenangan, sementara dua manusia yang mulanya digambarkan tergeletak di lantai sudah berubah menjadi roh-roh jahat yang telah dikalahkan.
Si roh jahat mengeluarkan raungan kuat, kemudian roboh menjadi dua potongan ke lantai persis seperti gambar itu dan tak bergerak lagi.
Su Jin mengabaikan roh jahat yang telah terkalahkan itu dan berlari untuk membantu Ning Ran bangkit seraya bertanya, “Kau tak apa-apa? Lukamu parah?”
“Aku cukup baik-baik saja, sepertinya… sepertinya organ dalamku tak ada yang terluka!” Ning Ran menjawab seraya tersenyum. Cakar itu kelihatan seperti telah menusuknya cukup dalam, tapi ternyata kelihatan seperti itu cuma karena pakaian Ning Ran kebesaran. Cakar itu cuma melukai kulit luarnya saja.
Su Jin menghembuskan napas lega. Saat ini nyawa Ning Ran tidak dalam bahaya. Dia lalu berbalik untuk menendang bokong Zhang Yang dan menggerutu, “Bisa-bisanya kau macet di saat sepenting ini?”
Tendangan itu membuat Zhang Yang tiba-tiba bergidik pelan dan dia pun tersentak sadar dari kondisi macetnya. Dia menatap sekelilingnya denan raut wajah bingung, kemudian menyadari kalau baik Su Jin maupun Ning Ran masih hidup. “Apa yang terjadi? Sepertinya aku sudah….”
“Kau ngehang,” ujar Su Jin dengan suara keki.
Zhang Yang mengangkat bahunya dengan cuek. Dia menyadari kalau Ning Ran berdarah, jadi dia mencondongkan diri mendekat untuk bertanya, “Menurutmu kau akan bisa bertahan hidup?”
“Kalau kau tak bisa bicara hal baik, lebih baik nggak usah bicara sama sekali!” Su Jin memelototi Zhang Yang. Orang ini kadang-kadang memang patut dihajar.
Tak lama setelah mereka bercakap-cakap begini, tiba-tiba semuanya menjadi gelap. Mereka pun menyadari kalau Tantangannya sudah berakhir, dan mereka dikirim kembali ke Domain Neraka Pribadi masing-masing sebelum sempat mengucapkan salam perpisahan.
Tantangan Tingkat B ‘Rumah Hantu’ selesai: 1.000 poin.
Poin Diterima: 1.000
Total Poin:: 7.800
Su Jin memeriksa berapa banyak poin yang telah dia peroleh. Dia telah melalui sebuah Tantangan Tingkat B, tapi poin yang diterimanya sangat sedikit. Ini juga merupakan bukti tentang betapa pentingnya memiliki tim kecil. Kau cuma bisa memperoleh lebih banyak sumber daya ketika menjadi bagian dari tim.
Setelah dia menghela napas melihat hasilnya, tiba-tiba dia menyadari kalau dirinya masih memegangi sesuatu. Benda itu ternyata adalah cermin yang dia temukan di rumah hantu. Dia kaget karena dirinya tenyata bisa membawa benda ini keluar dari Tantangan.
“Apa berarti cermin ini bisa dipakai di Tantangan lain?” Su Jin langsung memerintahkan pada Hitam, “Hitam, apa ini?”
Sebuah layar cahaya muncul di depan Su Jin dengan informasi atas cermin retak ini:
“Cermin Realita yang Retak: bisa dipakai sekali setiap 24 jam, membuat penggunanya bisa melihat makhluk supernatural apa pun, dan memberi si pemilik kemampuan untuk menyerang makhluk-makhluk ini selama masa pengunaan cermin,” gumam Su Jin ketika membaca informasi tentang cermin ini. Ini adalah barang yang cukup bagus yang akan jadi sangat berguna dalam Tantangan supernatural.
Dia menyimpan cermin itu di dalam Buku Panduannya sambil tersenyum puas, kemudian melihat-lihat katalog barangnya, namun tak melihat sesuatu yang dibutuhkannya. Tidak terlalu sulit untuk menemukan sesuatu yang berguna baginya, tapi dia telah menaikkan standarnya dan tak lagi memandang terlalu tinggi terhadap sebagian besar benda.
Setelahnya, dia menghabiskan sedikit waktu untuk berlatih dalam Domain Neraka Pribadinya sebelum kembali ke dunia nyata. Sang Raja Iblis masih sama lemah dengan sebelumnya. Tetapi karena sebelumnya Raja Iblis telah membantunya, Su Jin pun membiarkan yang bersangkutan bersikap tak masuk akal sesukanya dan pasrah saja pada selera Raja Iblis yang aneh-aneh.
Waktu berlalu dengan lambat. Su Jin merasa bosan, jadi dia pun memutuskan untuk mengunjungi Bar Neraka. Seorang pramusaji langsung menghampirinya begitu dia tiba.
“Tuan Su Jin, ada surat untuk Anda.” Si pramusaji menyerahkan sepucuk surat untuk Su Jin, membuatnya terkejut. Bagi sebagian besar pemilik, kalau hubungan mereka cukup baik, mereka bisa saling menambahkan kontak masing-masing di Buku Panduan mereka. Menulis surat seperti ini berarti si pengirim tahu siapa dirinya, namun tak mengenal satu pun dari teman-temannya di dunia nyata, jadi si pengirim tak bisa meminta mereka menyampaikan pesan. Mengiriminya surat lewat Bar Neraka seperti ini juga akan membuat mereka harus membayar biaya yang lumayan.
Dia membuka amplopnya dengan penasaran dan baris pertamanya langsung memberitahunya siapa si pengirim.
“Guru, sudah lewat beberapa bulan sejak kita terakhir bertemu. Kemudian lagi, saya tak bisa benar-benar mengatakannya, karena waktu itu adalah satu-satunya saat kita bertemu.”
“Jadi, pengirimnya Zhou Xinyu.” Cuma ada satu orang dalam hidup Su Jin yang akan memanggil dirinya Guru, dan orang itu adalah Zhou Xinyu. Su Jin telah menerima gadis itu sebagai muridnya, hanya karena waktu itu dia kasihan pada yang bersangkutan. Pada saat bersamaan, dia memang sudah berjanji pada Zhou Xinyu kalau gadis itu bisa mencari dirinya di Bar Neraka jika Zhou Xinyu bertemu masalah, namun dia kira hal itu akan terjadi jauh di masa depan. Dia tak menyangka kalau gadis itu bisa memperoleh akses ke Bar Neraka dalam hitungan bulan.
Dia lanjut membaca: Guru, kali ini saya benar-benar sudah bertemu masalah, dan satu-satunya orang yang bisa saya mintai bantuan adalah Guru. Kalau Guru menerima surat ini dalam jangka waktu tujuh hari sejak saya mengirimkannya, harap carilah saya di meja Tim Samudera Luas. Seseorang akan menunggu Guru tiap hari.
Su Jin tak membuang-buang waktu lagi dan bertanya pada si pramusaji, “Di mana meja Tim Samudera Luas?”
“Silakan ikuti saya.” Si pramusaji membungkuk sedikit, kemudian membawa Su Jin ke satu sudut dari bar berukuran luar biasa besar itu.
Si pramusaji mengantar Su Jin ke sebuah meja bar, tempat seorang pria berumur dua puluhan sedang terkantuk-kantuk dengan raut wajah bosan. Dia sama sekali tak menyadari kedatangan Su Jin.
“Apa ini meja Tim Samudera Luas?” tanya Su Jin.
Si pemuda tiba-tiba menegakkan diri ketika mendengar suara Su Jin, tetapi ketika dia berbalik dan melihat kalau yang bicara adalah orang yang seumuran dengan dirinya, dia pun jelas-jelas tampak kecewa. Akan tetapi, dia masih mengangguk dan tersenyum pada Su Jin.
“Ya, ini meja Tim Samudera Luas. Ada yang bisa kubantu?” Selain raut kecewa yang tadi, si pemuda tetap bersikap sopan.
Su Jin mengulurkan surat yang dia terima dan berkata, “Nona Zhou Xinyu meminta pramusaji untuk memberikan ini padaku. Dia minta aku mencari meja timnya, jadi aku datang.”
“Kau Su Jin?” Si pemuda menatap suratnya, memastikan kalau ini adalah surat yang sama dengan yang dikirim oleh Zhou Xinyu, lalu berkata, “Halo, namaku Meng Hong.”
Su Jin mengangguk dan tersenyum lalu berkata, “Sudah cukup lama sejak aku terakhir bertemu dengan Xinyu. Bagaimana kabarnya sekarang?”
“Xinyu baik-baik saja. Dia adalah ahli strategi tim kami dan sangat berharga bagi kami. Kami telah berhasil melalui beberapa Tantangan berkat kecepatan berpikirnya, dan aku juga berhasil selamat sampai sejauh berkat dia.” Meng Hong jadi ceria ketika membicarakan tentang Zhou Xinyu, dan kelihatannya ada banyak sekali hal yang ingin dia katakan.
Su Jin tersenyum. Dia bisa melihat kalau Meng Hong ini mungkin naksir pada Zhou Xinyu, tapi hal itu sama sekali bukan urusannya. Dia bertanya, “Bisa kau minta dia kemari? Atau beritahu dia kenapa dia mencariku?”
“Oh! Iya! Aku akan minta dia kemari sekarang juga.” Meng Hong mengeluarkan Buku Panduannya dan mulai menghubungi Zhou Xinyu. Menilik dari gerak-geriknya, Su Jin menerka kalau pemuda ini sedang menghubungi lebih banyak orang dan bukannya cuma Zhou Xinyu seorang.
Tak lama kemudian, beberapa orang mulai berjalan mendekati meja. Su Jin langsung menemukan Zhou Xinyu. Dibandingkan dengan tampilan sedih gadis itu pada kali terakhir, dirinya kini tampak jauh lebih bersemangat, seperti sebagaimana seharusnya orang seusianya.
“Guru!”
Zhou Xinyu berlari menghampiri dan memeluk Su Jin erat-erat. Perbuatannya ini bukan cuma mengejutkan Su Jin, melainkan juga membuat rekan-rekan satu timnya syok. Belum pernah mereka melihat dia bersikap seberani itu.
“Haha, ini Su Jin, orang yang Xinyu beritahukan yang bisa membantu kita,” ujar Meng Hong dengan suara agak kikuk ketika dia memaksa dirinya tersenyum dan memperkenalkan Su Jin pada rekan-rekan satu timnya.
“Baiklah, baiklah, bagaimana kalau kau perkenalkan dulu teman-temanmu padaku?” Su Jin tersenyum. Dia bisa merasakan kalau Zhou Xinyu menempel padanya, bukan karena gadis itu jatuh cinta kepadanya, tetapi karena yang bersangkutan sepertinya benar-benar memperlakukan dirinya sebagai guru dan pembimbingnya, semacam sosok ayah.
Zhou Xinyu menjulurkan lidahnya dengan jahil, kemudian memperkenalkan rekan-rekan satu timnya pada Su Jin. “Ini adalah ketua dari Tim Samudera Luas, Miu Zhengtao. Dia ahli dalam bertarung dan merupakan veteran.”
Seorang pria berusia tiga puluhan mengangguk pada Su Jin seraya tersenyum samar. “Aku adalah ketua dari tim ini. Saat Xinyu bilang kau adalah gurunya, kukira kau adalah pria tua!”
Su Jin tertawa dan berkata, “Maaf ya, aku ini selalu penuh dengan kejutan.”
“Ini Ni Jing, penyembuh tim. Dia adalah orang lama yang sudah melalui lebih dari sepuluh Tantangan dan dia juga seorang veteran,” ujar Zhou Xinyu sembari menatap wanita lain berusia dua puluhan.
“Halo,” Ni Jing mengangguk pada Su Jin.
“Ke Tong adalah orang baru yang baru melewati dua Tantangan, tapi dia adalah seniman beladiri berkemampuan tinggi di dunia nyata, jadi dia cukup hebat,” ujar Zhou Xinyu ketika seorang pria berumur tiga puluhan mengangguk pada Su Jin.
“Meng Hong adalah penembak jitu dalam tim, dan dia juga benar-benar hebat,” Zhou Xinyu memperkenalkan Meng Hong di giliran terakhir.
Setelah dia selesai memperkenalkan timnya, gadis itu berbalik menghadap rekan-rekan satu timnya dan berkata, “Ini adalah guruku, Su Jin, yang benar-benar luar biasa dan punya timnya sendiri!”
“Oh? Apa nama timmu?” Miu Zhengtao bertanya pada Su Jin seraya tertawa riang.
Tetapi Su Jin tersenyum sedih dan menggelengkan kepalanya. “Timku sudah dibubarkan, jadi namanya tak penting lagi.”
“Dibubarkan?” Semua orang kelihatan kaget ketika mendengarnya.